MEULABOH - LIPUTANONE| Presiden Mahasiswa Universitas Teuku Umar (UTU), Putra Rahmat, melayangkan kritik tajam terhadap program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dijalankan oleh perusahaan tambang batu bara, PT Mifa Bersaudara, yang beroperasi di Kabupaten Aceh Barat.
Ia menilai pelaksanaan CSR perusahaan tersebut tidak transparan dan cenderung hanya menjadi alat pencitraan semata.
Pernyataan ini disampaikan Putra kepada wartawan pada Rabu, 9 Juli 2025, di Meulaboh. menyoroti sikap PT Mifa yang menolak memberikan laporan rincian yang dipertanyakan oleh Pemerintah Daerah, terhadap penggunaan dana CSR.
"PT Mifa menolak memberikan rincian detail terkait penyaluran dana CSR, Sikap Ini cukup jelas mengisyaratkan bahwa mereka tidak transparan,” ujar Putra.
Menurutnya, penolakan tersebut bukan hanya mencerminkan sikap terselubung pihak perusahaan, tetapi juga memperlihatkan kegagalan logika dalam membangun kepercayaan publik. Ia menyayangkan hingga kini tidak ada laporan terbuka mengenai alokasi dan distribusi dana CSR kepada masyarakat.
"Kalau memang tidak ada yang disembunyikan, kenapa takut diaudit? seharusnya PT.Mifa fokus pada keterbukaan, bukan defensif," cetusnya.
Presiden Mahasiswa UTU itu juga mengungkapkan kekecewaannya mengenai dana CSR yang diberikan untuk kegiatan Pekan Olahraga Mahasiswa (POM) se-Aceh yang digelar di Aceh Barat, sebesar Rp 70 juta dinilai sangat minim dan tidak wajar, mengingat Aceh Barat adalah daerah yang merasakan langsung dampak negatif dari aktivitas Pertambangan PT.Mifa.
"Saya malah menduga, ada kampus di luar Aceh Barat yang menerima dana CSR lebih besar untuk event yang skalanya tidak sebesar POM se-Aceh. Ini menunjukkan ketimpangan dan rendahnya sensitivitas sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya,” tegas Putra, blak - blakan.
Selain itu, ia juga mengkritik pendekatan komunikasi PT Mifa yang dinilainya sempit, hanya berfokus pada narasi keberhasilan versi penerima manfaat langsung tanpa membuka ruang evaluasi publik yang lebih luas.
"Kalau yang ditanya hanya penerima manfaat, ya pasti semua akan bilang ‘bermanfaat’. Tapi siapa yang mengukur dampak negatifnya?” ujarnya retoris.
Putra menyebut, tidak sebanding antara bantuan sosial seperti beasiswa atau sponsorship dengan dampak lingkungan, sosial, dan kesehatan yang ditimbulkan oleh aktivitas pertambangan.
"Kalau boleh Jujur, dibanding Manfaat Positif dampak negatifnya jauh lebih besar dari apa yang mereka klaim sebagai manfaat,” tambah Putra
Di akhir pernyataannya, menyerukan kepada masyarakat, khususnya kalangan mahasiswa dan pemuda Aceh, agar lebih kritis terhadap narasi CSR yang hanya berisi simbolisme dan baliho pencitraan. Ia juga mendesak Pemerintah Aceh untuk mencabut izin tambang PT Mifa, dan mendorong agar pengelolaan sumber daya alam dilakukan secara mandiri dan berkeadilan.
Sumber : Putra Rahmat
editor : Dedy Surya.
0 Komentar