MEULABOH – LIPUTANONE |Sebuah acara khitanan atau sunat Rasul yang digelar di rumah salah satu warga di Desa Seuneubok, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, menjadi sorotan masyarakat sekitar. Minggu,18/5/25.
Tak hanya melestarikan adat istiadat khitanan khas Aceh seperti Peusijuk, Manoe Pucok, dan pemberian Teumuntuk, keluarga pasangan Dedek Saputra dan Kasma juga menghadirkan suasana yang berbeda dan semarak dengan mendatangkan penceramah yang sempat viral dengan kata-katanya yang khas dan unik ( gali gamen ) dari Aceh Selatan, Tgk Ismail.
Acara ceramah agama yang digelar nanti malam pukul 20:30.wib selepas ba'da isya di Desa Seuneubok Samping Kediaman Walled Said Isa itu, dalam rangka meriahkan khitanan putra semata wayang mereka yang resepsinya berlangsung senin 19 Mei 2025.
Ceramah religius yang disampaikan oleh Tgk Ismail — seorang dai kondang asal Labuhan Haji yang dikenal dengan gaya dakwahnya yang humoris, lugas, namun menyentuh hati.
Kehadirannya tidak saja di nantikan oleh pihak keluarga pasangan Dedek- Kasma namun juga dirindukan oleh masyarakat di kabupaten Aceh barat karena dengan gaya khas ceramahnya yang unik menghibur namun juga mengisi ruang spiritual dalam hajatan tersebut.
" Ini bentuk rasa syukur kami kepada Allah SWT, dan juga cara kami menghargai adat serta membahagiakan anak kami di momen penting ini,” ujar Dedek Saputra kepada awak media.
Prosesi adat biasanya dimulai dengan peusijuk, yang dilakukan oleh tokoh adat dan keluarga terdekat, diikuti oleh Manoe Pucok yang sarat makna, serta pemberian teumuntuk dari para tamu sebagai bentuk dukungan dan doa restu.
Suasana hajatan khitanan, Aulia ini nanti malam tentu menjadi lebih istimewa dengan kehadiran Tgk Ismail yang memberikan tausiah penuh makna, diselingi candaan khas yang membuat para tamu tertawa sekaligus merenung.
Acara ini menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai adat dan agama dapat bersinergi dalam sebuah perayaan keluarga.
Tradisi bukan hanya dijaga, tetapi juga dikembangkan dengan sentuhan kekinian yang tetap menjunjung tinggi kearifan lokal dan nilai spiritual masyarakat Aceh.
(Dedy Surya)
0 Komentar